ANTARA AKU, KAU, DAN KEHIDUPANKU
By : Nhendiita
Hidup membawaku dalam banyak pelajaran, dari aku lahir hingga kini aku merasakan masa-masa remaja. Dan yang paling dramatis adalah merasakan cinta.
Namaku Indiani Fandita, seorang siswi kelas 7 di salah satu SMP negeri di Kota Mojokerto. Kebetulan hari ini adalah hari kenaikan kelas. Dimana semua siswa dalam keadaan takut untuk berpisah dengan sahabat-sahabatnya. Demikian juga denganku. Karena aku mempunyai sahabat yang baik kepadaku, dan hari-hariku terasa lebih indah karena ia selalu mendampingiku. Ziana Fauzia namanya.
“Zi, kalau kita nggak satu kelas gimana ??” tanyaku dengan nada lirih. “Udahlah Dit, jangan ngomong kayak gitu deh ! Positive thinking aja !” jawab Zia menghiburku. “Tapi kan, kalau kita nggak satu kelas pasti jarang bertemu deh !” sahutku. “Kita kan masih bisa bertemu waktu istirahat dan pulang sekolah. Sudahlah, kita pasti satu kelas kok !!” jawab Zia.
Tidak lama kemudian, kertas pengumuman pembagian kelas baru di tempel di madding sekolah. Tak kusangka jauh dari perkiraanku, ternyata aku bisa satu kelas lagi bersama Zia. Sungguh, sungguh kenyataan yang sangat indah ! Rasa syukur yang menyelimuti hatiku membuatku tak kuasa menahan air mata bahagia ini.
Disaat dimana aku berpijak untuk mengekspresikan wajah bahagiaku, dengan tidak sengaja seorang laki-laki menabrakku. Dengan lantang ia berkata “Maafin aku ya. Aku nggak sengaja ! Kamu nggak papa kan ??” tanyanya dengan tampang bersalah. “Nggak papa kok, tenang saja !” jawabku gugup. Lalu, ia berlalu begitu saja. “Dia lagi sibuk nyari kelas barunya kali yaah ?? Mangkanya buru-buru gitu !” gumamku. Sungguh laki-laki yang sangat tampan, raut wajahnya juga tak membosankan untuk dilihat. Semoga saja aku dapat berjumpa kembali dengannya suatu saat nanti.
Setelah lama berdiri memandangi kertas pembagian kelas, aku dan Zia berniat untuk mencari kelas baru kami. Yaah, kelas 8A ! Kami terdaftar di kelas tersebut. Ternyata kelas baru kami terletak disebalah ruang UKS dan ruang BK. Ruang kelas kami tidak terlalu sempit dan cukup nyaman untuk ditempati. Disaat aku mulai memasuki kelas tersebut, ternyata di bangku paling belakang pojok kiri duduklah seorang laki-laki dengan mata yang berbinar-binar, berkulit sawo matang, dan berhidung mancung sedang asyik bercanda dengan teman sebangkunya. Lebih tepatnya, dia adalah laki-laki yang menabrakku, dia yang membuatku gugup, dan dia yang membuat jantungku berdegup lebih kencang.
Kelihatannya, Dewi Fortuna sedang berpihak kepadaku. Laki-laki yang sempat membuatku tersipu, ternyata satu kelas denganku. Sungguuuh beruntungnya nasibku hari ini !! :D “Zi, Zi.. kamu lihat deh cowok yang di pojok belakang itu ! Keren yah? hhehe” ujarku sambil mengarahkan kepala Zia perlahan-lahan ke laki-laki itu. “Hayooo.. kamu suka yah sama dia ? hahaha. Oh ya, bukannya dia yang menabrakmu tadi ?” saut Zia sambil memainkan alisnya ke atas dan ke bawah. “Hehehe nggak tau sih, tapi kayak gimanaaa gitu kalau lagi ngeliatin dia. Ehmm, iya, dia yang menabrakku tadi. Aku nggak nyangka deh bisa satu kelas sama dia.” kataku senang. “Waaahh temenku lagi kasmaran nih ! Tenang, aku pasti bantu kamu biar bisa kenal sama dia deh !” saut Zia “Aduuh, senangnya punya sahabat kayak kamu ! Kamu baik deh .” jawabku menggoda. “Hahhaha lebay deh kamu ! Ya iya dong. Aku gitu looh !” kata Zia meledek.
****
Keesokan harinya di sekolah, Zia langsung menarik tanganku untuk masuk ke kelas dengan wajah penuh misteri. Dia bercerita kepadaku tentang laki-laki yang aku idam-idamkan itu. Ternyata, namanya Aldo Fernandi yang dulunya duduk di kelas 7B. Dia anak yang baik, setia kawan, jago main bola, dan taat beribadah. Cerita yang sedemikian rupa membuatku semakin menggila. Bunga-bunga asmara kini tumbuh subur di lubuk hatiku yang tak mampu untuk mengelaknya.
****
Hari demi hari, minggu demi minggu, hubunganku dengan Aldo semakin dekat. Hingga akhirnya Zia mengirimkan SMS kepada Aldo tanpa sepengetahuanku. Zia bertanya bagaimana perasaan Aldo sebenarnya kepadaku. “Hey Dit, sini kamu !” pinta Zia kepadaku. “Ada apa sih ?” tanyaku penasaran. “Tau nggak, kalau Aldo juga suka loh sama kamu. Dia kemarin bilang sama aku.” kata Zia. “Haaah ? Nggak usah bercanda deh ! Ngeledek yah ? Ah, kamu jahat banget sih sama aku.” jawabku. “Beneran, dibilangin nggak percaya ! Nggak mau apa kalau dia beneran suka sama kamu ? Nanti nyesel loh !” ujar Zia ketus. “Hehehe jangan marah gitu dong. Waahh, bisa senyum-senyum sendiri seharian di kamar nih !” jawabku kegirangan.
****
Setelah hubunganku dengan Aldo sudah berjalan jauh, akhirnya ia menyatakan perasaannya yang sangat ku inginkan itu, keluar juga dari mulutnya. Dengan ketulusan dan kejujurannya, aku putuskan untuk menjalin hubungan special dengannya.
****
1 tahun 4 bulan telah berlalu. Segala cobaan dan rintangan kami lewati, pahit manisnya cinta sudah pernah kami alami. Putus nyambung tali cinta juga melengkapi indahnya hubungan kami. Hingga tiba saatnya hubungan kami tidak dapat diteruskan kembali. Sikapnya dulu yang lembut, sekarang hilang dihembus angin maut. Cintaku yang seakan dapat membuatnya hidup seribu tahun lagi, kini terganti oleh gadis lain yang juga satu sekolah denganku. Dia adik kelasku. Rasa kecewa, marah, kesal, dan sedih menyelimuti hati kecilku yang mulai merapuh.
****
Hingga di masa putih abu-abuku kini, aku masih belum bisa melupakan cinta monyetku itu. Tiada satu kabar pun ia kirimkan untukku, untuk mengobati luka di hatiku.
“Memang ragamu telah pergi meninggalkanku, tapi hati dan jiwamu akan tetap bersamaku. Kini, biarlah semua menjadi kenangan manis untukku. Dan ini rahasia kita, rahasia antara aku, kamu, dan kehidupanku. Selamat tinggal Aldo… Selamat tinggal !” kataku dalam hati hingga tak kusadari air mata telah membasahi pipi ini.
“Memang ragamu telah pergi meninggalkanku, tapi hati dan jiwamu akan tetap bersamaku. Kini, biarlah semua menjadi kenangan manis untukku. Dan ini rahasia kita, rahasia antara aku, kamu, dan kehidupanku. Selamat tinggal Aldo… Selamat tinggal !” kataku dalam hati hingga tak kusadari air mata telah membasahi pipi ini.
Kini aku berusaha untuk menjalani hari-hariku tanpanya. Tanpa cinta sesungguhnya yang pernah kurasa. Bersama sahabat-sahabatku, mereka bisa membuatku tersenyum diatas penantianku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar